Jumat, 29 April 2011

Bagaimana “Norma Dan Etika Pemasaran” Saat Genderang Perang Tarif Muali Ditabuh Kembali???

Dijaman sekarang ini dimana persaingan bisnis semakin kencang saya sebagai konsumen harus pandai memilih dan memilah produk yang saya butuhkan. Tidak hanya terbujuk oleh iklan saja hal ini karena secara tidak langsung keputusan yang akan diambil konsumen akan berpengaruh pada lingkungan dan kehidupan jangka panjang nya. Meskipun kebebasan untuk memilih ditangan konsumen dan produsen, namun saat ini masih saja terjadi dilema saat konsumen akan mengambil keputusan.Pemasaran merupakan ilmu yang pada umumnya dipelajari oleh setiap perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah laba dan kepuasan konsumen. Namun manfaat yang dirasakan konsumen adalah berbeda-beda.Benarkah saat ini produsen bertindak semata-mata hanya karena kebutuhan yang ada? Apakah kebutuhan menciptakan produk atau produk menciptakan kebutuhan?

Etika pemasaran berkaitan dengan keputusan pemasaran yang menyangkut etika. Etika adalah sesuatu yang tidak tetap, benar atau salah sebuah keputusan tergantung dari sudut pandang yang dipakai. Agar proses pemasaran bekerja secara bermanfaat bagi seluruh masyarakat, para pelaku pasar dan konsumen sama-sama harus mengerti dan mempraktikan perilaku yang etis. Kaitannya dengan aktivitas pemasaran, tidak dapat dipungkiri banyak sekali praktek pemasaran yang secara etika bertentangan.
Definisi iklan menurut Kasali,1995 adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

Sebagai contoh kasus :
Perang tarif telekomunikasi yang berlanjut ke perang promosi. Bakrie Telecom membuka dengan promosi “Esia Bispak: Bisa Pake Tarif Manapun” untuk menghantam lima produk GSM paling populer yang ditawarkan tiga operator besar, Telkomsel, Indosat, dan XL.Vice President PT Bakrie Telecom Tbk Erik Meijer mengatakan, dengan program itu, pelanggan Esia bisa membandingkan tarif Esia dengan tarif seluler GSM. Bakrie Telecom tidak langsung menyebut nama produk GSM yang dimaksud, namun diplesetkan sehingga jelas arahnya. Bahkan, operator Esia itu mengakronimkan lima produk GSM itu dengan BASMI.

B adalah akronim dari Bablas, yang mengarah ke produk XL Bebas. A sebagai Asal dan S sebagai Simpatik yang merujuk ke dua produk keluaran Telkomsel, yakni Kartu As dan Simpati. Sedangkan M dan I adalah initial dari Matahari yang mengarah ke Mentari dan I’m Sri yang menjurus ke IM3 –yang keduanya adalah produk Indosat.

Untuk membandingkan tarif Esia dan lima produk GSM itu, pelanggan Esia bisa mengetikkan produk GSM yang diinginkan dari lima produk itu, yakni berupa inisialnya saja. Misalnya, untuk membandingkan tarif Esia dengan XL Bebas, pelanggan cukup mengetik huruf B dan dikirim ke 212, dengan tarif Rp 2.000 per SMS.

"Kami hanya ingin memberitahukan kepada masyarakat. Dibanding GSM manapun, tarif Esia jauh lebih murah. Klaim ini bukan hanya dari Esia, tapi dibuktikan sendiri oleh konsumen dengan mencobanya secara langsung," kata Erik Meijer saat peluncuran Esia Bispak di Jakarta, Rabu (26/8).

Bukan hanya itu. Operator Esia itu juga membayar artis-artis ibukota yang pernah dipakai operator GSM itu. Ivan Gunawan dan Titi Kamal yang pernah mempromosikan produk Indosat digaet Esia. Sedangkan Luna Maya yang karena masih dikontrak XL, diganti dengan topeng monyet.

"Dulu gue masih pakai Matahari untuk nelpon ke mana-mana. Tapi ya ampun, sebagai Miss Ring-ring, mahalnya minta ampun. Jadilah gue pindah ke Esia, karena nelpon lama atau sebentar tetap murah," kata Ivan Gunawan.

Titi Kamal mengeluarkan testimoni yang tak kalah heboh. Mengenakan baju warna kuning khas Indosat, istri Christian Sugiono mengutarakan alasannya beralih ke Esia sebagai operator termurah, ketimbang providernya dulu.

Division Head Public Relations Indosat Adita Irawati mengatakan, cara-cara promosi seperti itu sebenarnya lumrah, tetapi sejatinya ada kode etik juga dalam berpromosi. Pun begitu dengan cara-cara para mantan artis yang pernah menjadi ikon Indosat yang kemudian ‘menjatuhkan’ Indosat. “Silahkan saja berpromosi, yang penting dalam koridor etika,” kata Adita.

Adita mengakui mendapatkan informasi dari berbagai sumber tentang program promosi yang siap diiklankan itu menyudutkan atau melecehkan produk dari perusahaannya. Meski informasi tentang materi iklan tersebut sudah cukup bagi Indosat untuk melayangkan protes atau keberatan, pihaknya tidak akan memperpanjangnya sampai tuduhan pencemaran nama baik.

“Nah, semua yang terlibat dan menyetujui materi iklan itu harus bisa memahami kode etiknya agar orang lain tidak tersinggung,” kata Adita.

Sementara itu, Manager PR Corporate Communication PT Excelcomindo Pratama (EP) Febrianti Nadira mengatakan, XL menyesalkan iklan yang akan dirilis Esia itu. Namun, polemik tersebut tidak akan diperpanjang. “Biarkan saja karena masing-masing perusahaan punya cara berbeda untuk berpromosi,” kata dia.

Menanggapi kritik dari Indosat dan XL tersebut, Erik menilai apa yang dilakukan perusahannya masih dalam taraf wajar. Mengingat di dunia telekomunikasi, saling serang sesama operator, sebagai hal lumrah.

"Saya kira, operator saling menyerang satu sama lain, itu suatu hal yang wajar di dunia telekomunikasi. Malahan, kami pun sering diserang operator lain," kata Erik.

Erik juga tidak peduli dengan nama ‘Bispak’ dalam program itu yang berkonotasi wanita murahan yang idektik dengan wanita tuna susila (WTS). Pria Belanda yang menikahi artis Maudy Koesnaidi itu mengatakan, pihaknya sudah memikirkan hal itu masak-masak. "Itu tergantung dari pikiran orang masing-masing," kata Erik.

Dari contoh kasus diatas Esia tidak melanggar etika dalam pemasaran karena tidak secara langsung menyebut nama / merek pesaing. Namun Persoalan etis dalam iklan yang terjadi saat ini diantaranya adalah Iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia. Iklan yang manipulatif dan persuasif non-rasional menjadikan manusia yang konsumtif. Iklan merongrong rasa keadilan sosial dan memicu kesejanggan sosial.
Dan beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

Prinsip-prisnip Etis Dalam Iklan:
-Iklan tidak menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya konsumen.
-Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk yang diiklankan
-Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan.
-Iklan tidak boleh mengarah pada tindakannya yang bertentangan dengan moralitas.


Etika pemasaran dalam konteks produk:
Produk yang dibuat berguna dan dibutuhkan masyarakat.
Produk yang dibuat berpotensi ekonomi atau benefit
Produk yang dibuat bernilai tambah tinggi
Produk yang dapat memuaskan masyarakat

Etika pemasaran dalam konteks harga:
Harga diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat.
Perusahaan mencari margin laba yang layak.
Harga dibebani cost produksi yang layak.

Etika Pemasaran dalam konteks promosi : 
Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif.
Sabagai sarana untuk membangun image positif.
Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen.
Selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran.
Tidak mengecewakan konsumen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar