Rabu, 09 Februari 2022

Aku Anjani

 Bismillahirrohmanirrokhim...

Ini cerita pertama yang coba saya tulis. Semoga hal hal positif dapat diambil dari cerita ini... 

                                      1


Anjani  Besariyanti, semua memanggilku Jani. Nama yang indah yang diberikan orangtuaku penuh doa dengan harapan aku menjadi perempuan yang tekun juga rendah hati. Tekun dalam menjalani hidup dan kelak ketika sukses diraih aku tetap rendah hati. Di salah satu kota berudara sejuk negara ini aku dilahirkan. Aku anak kedua dari dua bersaudara, aku memiliki kakak laki-laki. Abimana Bramantya, aku memanggilnya mas Abi. Aku dan mas Abi beda 5 tahun, saat ini aku sedang menikmati masa akhir SMA. 

Keluargu bukan keluarga yang berada bukan pula keluarga yang kekurangan. Alhamdulillah keluargaku hidup berkecukupan, orangtuaku selalu mengusahakan yang terbaik untuk anak-anak nya. 

Bapak adalah panutanku, sosok yang tegas tapi juga berhati lembut, pekerja keras juga sorang family man. Bapak seorang kontraktor bangunan. Beberapa perumahan dikota ini berdiri kokoh memakai jasa kontraktor bangunan milik bapak. Sepuluh tahun bapak merintis jasa ini, tidak semerta merta jasa bapak dikenal banyak orang, bapak mulai dari renovasi rumah, bermula dari teman bapak dan akhirnya banyak orang yang memakai jasa bapak, tidak hanya rumah pribadi, rumah kost juga bapak kerjakan. Awal tahun kemarin juga mulai ada beberapa yang menggunakan jasa bapak di luar kota, ini juga karena orang yang pernah memakai jasa bapak pindah keluar kota dan beberapa temannya melihat dan akhirnya juga memakai jasa bapak dilain waktu. Bapak seorang yang penyayang tetapi akan tegas disaat tertentu. Tegas tapi tidak menghakimi, tegas tidak dengan dengan caci maki, tegas tidak dengan berteriak. Tapi tegas menggunakan hukum sebab akibat. Bapak akan menjelaskan dimana letak kesalahan itu, mengapa itu dilakukan, apa akibat kesalahan itu, dan bersama mencari solusinya. Bapak bukan sekedar orang yang mengejuge kesalahan tanpa memberikan solusi. 

Ibu seorang yang penuh kasih sayang, tidak mudah mengejuge orang, penyabar, selalu menilai hal apapun dari segi positif. Pesan ibu yang ditanamkan pada mas Abi juga aku, selain 3 kata ajaib  maaf, tolong dan terimakasih, ibu bilang selalu berfikirlah positif, apapun yang terjadi, karena dengan begitu kita tetap tenang dan dapat berfikir jernih, dan mendapat solusi yang tepat. Daripada marah yang akhirnya membuat kita lelah sendiri atau bahkan mengeluarkan kata kata yang sebenarnya menyakitkan lebih baik bicara baik-baik dengan tenang karena juga perkataan adalah doa. Ibu mau hanya perkataan yang baik baik saja yang keluar, terlebih untuk anak anak nya. Ibu seorang ibu rumahtangga yang punya kesibukan menerim pesenan kue dan cake, dan punya gerai di ruko pinggir jalan depan komplek perumahan tempat kami tinggal.

Sikap dan sifat Bapak dan Ibu membuat kehidupan keluarga kami tenang, meskipun pasti ada permasalahan yang timbul, Alhamdulillah semua teratasi dengan baik. Termasuk cek cok kecil antara Mas Abi dengan aku yang selalu terjadi, mas Abi yang jahil dan aku yang keras kepala, perpaduan yang seru bukan. Tapi hal itulah yang dirindukan saat kita berjauhan. 

Saat ini mas Abi menempuh semester akhir kuliah jurusan arsitekturnya di ibu kota, ya sedang sibuk-sibuknya menyusun skripsi. Biasanya bisa 2 bulan sekali pulang kerumah ini bahkan hampir akhir semester belum bisa pulang, meskipun bisa telepon atau v call tapi tetep rindu sama mas ku satu satunya itu. Rindu jahilnya, meskipun jahil mas Abi itu sweet banget orangnya, setiap kita baikan setelah jahilin aku, mas Abi gak lupa bawa coklat untuk ku. 

Hari ini adalah salah satu hari bersejarah di hidupku. Ya, hari ini adalah pengumuman kelulusan. Sejak semalam dag dig dug nggak bisa tidur nyenyak, aku yakin sama nilai-nilai aku, tapi tetap saja ini kan moment bersejarah banget. Di tahun ini tepat aku mendapat kartu identitas diri, aku juga mendapat sim, pengumuman kelulusan dan kelanjutan pendidikan ku, seminggu yang lalu aku diterima di perguruan tinggi leaat jalur undangan, ya masih di kota ini karena bapak dan ibu yang berat mau lepasku jauh menjadi anak rantau. Tapi aku tetap bersyukur untuk itu. Sedari pagi aku sudahmembuat kegaduhan di meja makan.

"Pagi mbak Sumi..." sapaku begitu masuk ke dapur, mbak Sumi adalah asisten rumah tangga yang sudah ikut ibu dari waktu aku umur 3 bulan, sebelumnya mbak Sumi art dirumah nenek dari ibu, begitu ibu merasa sedikit repot harus mengurus aku waktu bayi dan menjaga Mas Abi yang waktu itu masa aktif aktifnya dan bertepatan Bapak sering mengerjakan proyek di luar kota, karena Bapak gak tega ninggalin ibu sendiri dengan 2 anak yang masih krucil krucil akhirnya mbak Sumi dibawa kerumah sama ibu.

"Pagi juga dik Jani, baru slesai subuhan kok sudah kesini, tumben, biasanya nunggu di susulin sama ibu, baru turun". Balas mbak Sumi sembari menyusun piring dan gelas  yang akan di bawa ke meja makan.

"Hehe, Jani lagi dugun dugun mbak Sumi... hari ini itu, pengumuman kelulusan mbak Sumi, Jani memang sudah dapat pengumuman ketrima kuliah, tapi kan ga lucu kalau ternyata pengumuman kelulusannya zonk, aduh... amit amit...". Sembari ngetuk ngetuk meja aku beralih membuka kulkas mengambil susu kotak coklat favoritku, aku mengikuti langkah mbak Sumi ke meja makan.

"Owalah dik, mbak kira emang adik mau berubah, lha kenapa gitu to, dik Jani kan Alhamdulillah sama Allah dibagi otak yang cling, jadi sudah pasti to kalau dik Jani itu lulus L-U-L-U-S, percaya sama mbak".

"Eeh eh... ga boleh mbak, percaya itu cuma sama Allah SWT, selain itu musyrik mbak namanya, hehehe... tapi tetep aja Jani deg degan mbak, rasanya kaya pas Jani ikut Bude waktu nungguin Mbak Anggi lahiran Quinna...". Balas ku sambil menarik salah satu kursi di meja makan.

"Tapi makasih mbak doa nya, semoga semua di berikan kelancaran dan di berikan yang terbaik, Aamiin..." lanjutku.

" Aamiin... In Sha Allah..." sebelum bak Sumi mengamini doa ku, Ibu sudah terlebih dulu menjawab, sembari masih menggunakan mukena. "Putri ibu selalu memberikan yang terbaik, sudah berusaha dengan baik juga, tinggal berdoa dan kembalikan semua sama Allah...". Dan aku di hadiahi cubitan sayang di pipiku dan kecupan di kening.

"Pasti itu bu, terimakasih ya... sayaaang ibu".  Berpelukan deh, belum lepas pelukan terdengar suara Bapak  masuk rumah dan mengucap salam, mengenakan baju koko dan sarung dan ga lupa songkok hitamnya pulang dari masjid.

"Assalamualaikum, ada apa nih, kok Bapak gak diajak pelukan? Hmm?".

"Waalaikumsalam." Jawabku bersama Ibu. 

"Ada acara apa ini pagi pagi kok bidadari bidadari bapak udah peluk pelukan?". Tanya bapak sambil menghampiri aku danu ibu. 

"Ini nih pak, ada  yang lagi dag dig dug nunggu penggumuman kelulusan. Gak terasa, putri ibu ternyata udah gede aja, tau tau udah mau jadi mahasiswi, padahal kaya baru kemarin ibu lahirin kamu, lihat bapak sama mas mu seneng banget saking gemesnya sayang nya sama kamu tiap orang yang jenguk mau cubit gemes pipi kamu masmu yang marah sambil nangis nangis". Kenang ibu dengan mata berkaca kaca sambil memandangku.

"Iyya ya bu, putri kecil kita ternyata sudah jadi gadis, cantik, bentar lagi ada pangeran berkuda putih datang dan bawa putri kita ke istananya". Timpal bapak sembari mengacak rambutku gemas.

"Bapak apa banget sih, masa jaman sekarang masih musim pangeran berkuda putih, sekarang jamannya kuda bermesin bapak". Protesku yang disambut tawa kita bertiga.

Ding dong Assalamualaikum... suara bel rumah berbunyi.

Di akhir tawa kita, tiba-tiba terdengar bel rumah berbunyi.

"Siapa pagi-pagi buta gini bertamu ya pak, bu. Masa iya pangeran adek beneran datang, hehehe cepet banget". Ucapku yang dihadiahi bapak tepukan gemas dikepalaku dan disambut tawa ibu.

"Biar adek yang lihat kedepan". Sambungku sambil beranjak dari kursi dan berjalan kedepan.

Sampai didepan pintu, kuputar kunci, kubuka pintu dan tara, aku mlongo di buatnya. 


To be continue....


Kira-kira siapa yang datang ya... 🤔🤗







Tidak ada komentar:

Posting Komentar