Senin, 14 Februari 2022

Aku Anjani

                                        2


"Assalamualaikum... orang ganteng datang...". Terdengar suara salam dari Mas Abi.

Otomatis aku juga bapak dan ibu lari menuju pintu , kita bertiga bagai peserta lari maraton berebut posisi finish, dan yang beruntung sampai garis finish adalah aku.
Tek,klek...

"Aaaaa... Ya Allah mas Abi... kangen, ini beneran mas, kok ga bilang bilang mau pulang, semalam teleponan masih di kosan kan mas Abi". Pekikku terkejut dan langsung naik ke gendongan mas Abi.

"Aduh, kamu kenapa tambah berat dek, banyak dosa pasti, hahaha...". Jawab mas Abi, sambil membenarkan posisi ku di gendongannya. Dan mencium tangan ibu dan bapak dan menuurunkan ku.

Suara bapak menginterupsi sesi kangenku. "Turun dulu dek, kasian mas mu, capek dari jalan, biar masuk dulu".

"Apa kabar le, ingat pulang ternyata, ibu kira sudah pindah kependudukan, ga ingat sama keluarga, hmmm?". Sela ibu menjewer gemas telinga mas Abi sambil menggandeng mas masuk kedalam rumah.

"Hehehe, ampun bu, bukannya begitu, kan sudah mas sampaikan ke ibu dan bapak, mas kan sudah mulai nyusun skripsi, jadi mau fokus dulu, biar cepat selesai, dan kebetulan dosen pembimbing mas Abi, bukan dosen yang setiap waktu bisa ditemui, dosen pembimbing mas Abi salah satu dosen terbang, jadi mas Abi yang harus siap kalau pas dosen bpembimbing mas sedang ditempat. Maaf ya semua, tapikan Alhamdulillah semua sudah hampir rampung, kalau tidak ada halangan dua minggu lagi mas Abi sidang, mohon doa nya semoga dilancarkan dan mas dapat nilai yang terbaik".

"Aamiin...". Jawab kami serempak.

Sambil menuang teh kedalam setiap cangkir, kulihat mata ibu kembali berkaca-kaca, ibu berusaha tak meneteskan air mata nya meskipun aku tahu itu adalah air mata kebahagiaan. Ibu berpesan,
"In sha Allahh ya mas, semoga diberikan kelancaran, ibu senang, anak laki-laki ibu benar menepati janji nya, kuliahnya selesai tepat waktu, terimakasih ya mas, maaf kalau ibu dan bapak sedikit keras dan tolong jika semua sudah rampung, mas bisa amanah sama ilmu yang didapat".

"Iya In Sha Allah, semua pesan ibu dan bapak akan selalu mas ingat dan laksanakan, untuk sementara hanya prestasi ini yang bisa mas berikan untuk menyenangkan bapak ibu dan senyum bangga bapak dan ibu. Terimakasih untuk semua usaha dan pengorbanannya". Ucap mas Abi dan kemudian memeluk bapak dan ibu.

"Lah, aku nya juga ndak dipeluk to mas? Kan aku juga bantu mas, meskipun cuma doa, selain karena doa bapak ibu, berarti juga karena doa ku dong". Interupsiku.

"Hahaha, sini sini adek mas, yang paling nyebelin tapi mas sayang".

"Sudah dulu, mas Abi bersih bersih dulu sana, terus kita sarapan sama sama". Ucap ibu sambil menyusun menu sarapan.

Dan sarapan keluarga pagi ini dengan personil lengkap. Setelah selesai sarapan aku bergegas bersiap ke sekolah. Setelah bersiap aku menyempatkan menemui mas Abi, rencananya kalau mas Abi tidak lelah aku ingin di antar ke sekolah.

"Tok... tok... tok... Mas Abi, adek masuk ya".

"Ya, masuk dek".

Setelah mendengar jawaban mas Abi kubuka pintu, dan menghampiri mas Abi yang sedang duduk di balkon kamar.

"Mas,, boleh antar adek ke sekolah ga? Pengen diantar, dan hari ini tuh pengumuman kelulusan, deg degan tau...". Pinta ku sambil menggoyang goyang lengan mas Abi, yang kemudian beranjak dari duduk nya mencubit pipiku dan menarik rambutku yang kemudian lari keluar kamar sambil tertawa.

"Haha... kejar dulu anak manja...".

"Mas Abiii, sakit tauuu, ngeselin ih. IIBUUU... Mas Abi nya tuh, ngeseliin, hiks.. hiks.. hiks..". Teriakku pada ibu sambil menangis, ga tanggung tanggung mas Abi narik rambut, dari dulu jail banget suka bikin aku nangis dengan narik rambut. Begitu sampai dibawah ibu sudah berkacak pinggang berjalan dari dapur, masih menggunakan celemek masak dan membawa tepung, karena mengerjakan pesanan.

"Ya Allah, ga usah teriaak Ya Gusti anak anak ya...". Belum selesai ibu ngomong Bapak muncul dari pintu samping.

"Ada apa kok rame banget, ikan ikan bapak di kolam jadi pada kaget, jumpalitan semua".

"Hiks.. Ibu juga teriaak...". Ucapku tidak mau kalah dan sembunyi di belakang bapak. Melihatku menangis ibu mengerutkan kening dan menghampiri.
"Lhoh adek kok nangis? Kenapa nak, ada apa? Masa baru beberapa jam ketemu udah ga akur aja".

Bapak menenangkan ku dan membawaku duduk di ruang keluarga sambil menggosok pipiku yang merah."Mas Abi nya tuh, rese, cubit cubit narik narik rambut ade, ade cuma mau minta tolong antar kesekolah". Ucapku sambil bersungut sungut.

Tanpa berdosa mas Abi muncul dari dapur mengunyah sepotong rainbow roll cake buatan ibu. "Yaaah, bohcah... hitu aja mwewek, wlee...".

"Duduk mas, habisin dulu itu yang dimulut, baru ngomong, jail banget sih mas sama adek nya, kalau jauh jauhan, pada ngomong kangen, kalau deketan tawuran mulu". Tegur ibu.

"Hehe, ya ini yang mas kangenin bu, kalau lagi jauhan, utu tu tu tu,,, cini cini my honey bunny sugar plum". Ucap mas Abi sambil menarikku kepelukannya.

"Lepas ih.. mas Abi.. leepaas,, sesak tau.. susah napas..." teriakku dalam pelukannya yang sengaja di eratkan.

"Ada ada aja anak anak bapak ini ya, tuh sudah setengah tujuh, adek ga berangkat nak, mau berangkat sama bapak?".

"Biar sama Abi saja pak, bapak dirumah aja, tenangin ikan ikan bapak, takutnya ada yang serangan jantung gegara teriakan adek sama ibu".

"Mas, ibu ga teriak tadi ya..". Balas ibu

"Iyya ga teriak, cuma bicara keras, iyya kan bu. Assalamualaikum". Balasku sambil mencium pipi ibu, dan bergegas menarik Jani ke luar rumah. Sebelum ibu memberikan pukulan sayang pakai sutil kayu dalam genggamannya. Sementara aku dan mas Abi sudah lari sambil tertawa menuju motor besar mas Abi yang sudah siap di luar.

                               🐥🐥🐥

Sesampainya di sekolah, aku bergegas turun dari boncengan mas Abi, melepas helm dan melihat tampilan ku di kaca sambil merapihkan rambut.

"Ngapain dek ngaca segala". Ucap mas Abi, dan tangannya semakin mengacak rambut ku.

"Mas Abi, usil banget sih, kan tambah berantakan". Ujarku sambil bersungut sungut.

"Ngapain manyun manyun, kosplay jadi bebek? Udah buru masuk sana, mas Abi tunggu di D^coffe ya dek, mas Abi sekalian lagi janjian sama temen temen".

"Iyya, hati hati mas, terimakasih". Jawabku sambil mencium tangan mas Abi, dan mas Abi balas mencium keningku. Dan aku berjalan masuk kedalam sekolah.

Tanpa sadar dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan, dengan wajah yang menahan amarah.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar